
Secara geografis, daerah suku Walak terletak di pengunungan tengah Papua, arah utara dari kabupaten Jayawijaya, arah barat dari kabupaten Mamberamo Tengah. Meski demikian, masyarakat penutur bahasa Walak ini tidak hanya berdiam di daerah ini. Sebagian dari mereka tersebar di berbagai tempat, seperti: di Baliem Barat, Yalengga, di lembah Wolo, Ilugwa, Eragiam, dan di kota Wamena, dan kota-kota lainnya di Propinsi Papua dan Papua Barat.

Terdorong oleh kebutuhan ini, sekelompok penutur bahasa Walak mengambil langkah-langkah inisiatif untuk melakukan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa ini dengan menghubungi LAI. Memperoleh rekomendasi dari dua gereja aras sinodal yang melayani di wilayah ini, masing-masing: (1) Gereja Injili di Indonesia (GIDI) dan Gereja Kemah Injil (KINGMI) dengan surat formalnya, serta setelah mengadakan pertemuan langsung dengan perwakilan masyarakat Walak di Wamena, maka LAI memberikan respons positif terhadap kerinduan dan harapan masyarakat Walak ini dengan mencantumkannya dalam daftar proyek yang mau dikelola.
Secara formal, proyek penerjemahan PB Walak dimulai pada Maret 2011 lalu dalam sebuah pertemuan di Jayapura yang dihadiri anggota tim penuh waktu, masing-masing: (1) Pdt. Markus Kilungga, S.Th (koordinator), (2) Ev. Martinus Gombo, S.PAK (penerjemah); dan (3) Ev. Derbe Wandikbo, S.Th (penerjemah). LAI sendiri diwakili oleh Pdt. Wenas Kalangit, D.Th yang sekaligus juga berfungsi sebagai Pembina Penerjemahan untuk proyek ini. Dalam pertemuan tersebut dibahas kembali hal-hal teknis mengenai pekerjaan penerjemahan ini yang diatur dalam dokumen Tata Kerja Proyek sebagaimana biasa dilakukan oleh LAI. Pada waktu yang sama, diserahkan juga kepada tim 1 set alat kerja berupa sebuah laptop. Penerjemah yang sekaligus juga berfungsi sebagai pengetik ini sudah juga dibekali dengan ketrampilan menggunakan alat ini dengan program Paratext, sebuah program komputer yang diterapkan dalam proyek-proyek penerjemahan sesuaid engan rekomendasi dari UBS (United Bible Societies). Selain ketiga tenaga penuh waktu di atas, sejumlah tenaga lainnya juga masuk dalam tim ini dalam fungsi khusus sebagai pembaca/peneliti. Agar dalam jalur komunikasi, tim memilih Sentani sebagai pusat kegiatannya.
Sejak diluncurkan pada Maret 2011 lalu, tim telah bekerja dengan semangat tinggi dan telah menyelesaikan draft beberapa kita Perjanjian Baru. Pertemuan pertama dengan Pembina Penerjemahan telah berlangsung pada Desember 2011 lalu dan menyelesaikan naskah untuk kitab Injil Matius. Pertemuan berlangsung di sebuah ruangan di kampus Sekolah Tinggi (STT) Walter Post, kepunyaan Gereja KINGMI. Kerja sama seperti ini akan selalu diupayakan dan dipertahankan.
Untuk tahun 2012 ini dijadwalkan 4 kali pertemuan pemeriksaan naskah antara Pembina Penerjemahan LAI dengan tim penerjemahan yang ada di lapangan dan diharapkan dapat menyelesaikan seluruh kitab Injil dan kitab Kisah Para Rasul. Tantangan dan kendala memang ada. Akan tetapi, tekad kuat anggota tim untuk memenuhi harapan dan kerinduan masyarakat penutur bahasa Walak akan ketersediaan teks Alkitab dalam bahasa Walak, diharapkan memampukan mereka mengatasi setiap masalah dan kesulitan.
0 komentar