Pemburu
emas di Sungai Gonggo, lembah Gunung Tumpang Pitu, Desa/Kecamatan
Pesanggaran, Banyuwangi saat ini ketakutan. Pasalnya, akhir-akhir ini
mereka mengaku mimpi didatangi wujud kakek dan putri yang diyakini
penunggu kawasan Gunung Tumpang Pitu.
Dalam mimpi itu warga diminta untuk segera mengembalikan tanah yang
diambil. Jika tidak, musibah atau bencana akan terus menghantui
sepanjang hidupnya. Sejak mendapat mimpi tersebut, diam-diam mereka
mengembalikan tanah hasil ‘jarahan’ ke tempat asalnya.
“Saya mimpi ditemui kakek-kakek yang mengaku penunggu Tumpang Pitu
dan menyuruh mengembalikan tanah yang saya ambil dari Sungai Gonggo.
Jika tidak saya katanya akan kualat,” jelas seorang warga yang sempat
ikut mendulang emas, sesaat menyerahkan tanah yang sempat diambilnya ke
Petugas yang berjaga, Jumat (1/5/2009) siang.
Anehnya, tak hanya satu dua orang saja yang bermimpi serupa.
Rata-rata pendulang emas asal Kecamatan Pesanggaran juga mengaku mimpi
yang sama. Karena mendapat wangsit itulah, warga secara sukarela
mengembalikan tanah yang diduga mengandung emas tersebut. Namun, untuk
mengembalikan tanah itu mereka harus dikawal polisi/TNI.
“Saya jadi malu, tapi dari pada kualat mending saya kembalikan saja,”
jelas salah seorang warga asal Desa Sumbermulyo Kecamatan Pesanggaran
Samsuri kepada detiksurabaya.com di lokasi.
Sedangkan Kapolsek Pesanggaran, AKP Jodana merasa geli mendengar
pengakuan warga tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan Danramil
Pesanggaran, Lettu Zainuri, saat memimpin anggotanya berjaga di pintu
masuk antara kampung 56 dan hutan produksi.
“Ada-ada saja mereka ini, kemarin ngotot nambang emas. Tapi tidak
mengapa kalau memang hal itu membuat mereka sadar untuk tidak menambang
emas lagi,” jelas Jodana setengah menahan tawa.
Sementara jika sebagian penambang emas tradisional mengembalikan
tanah dan perburuannya, namun warga lain justru sebaliknya. Mereka
berusaha terus mencari emas melalui hutan lindung, sekitar 3 kilometer,
timur dari lokasi awal penambangan. Tepatnya, melalui petak 25 dan
Pantai Lampon yang memang tidak dijaga oleh petugas.
“Kami pergoki mereka di perbatasan hutan produksi dan hutan lindung,
timur petak 79. Mereka langsung semburat lari saat mengetahui kedatangan
kami,” jelas Sastriyadi, salah satu petugas Perhutani KPH Banyuwangi
Selatan kepada detiksurabaya.com di pos penjagaan, batas antara
pemukiman dan areal hutan produksi kampung 56.
Dari sekian puluhan penambang emas tradisional yang bandel tersebut,
identitas mereka sempat diketahui oleh anggota perhutani yang memergoki.
Meski hanya dari bahasa yang digunakan dalam percakapan mereka.
“Saya dengar percakapan mereka itu pakai bahasa Sunda,” jelas
Sastriyadi lagi saat berkoodinasi dengan petugas dari Polri dan TNI. Merasa kecolongan, petugas Polri/TNI yang berjaga di beberapa titik
langsung melakukan pengejaran. Beberapa petugas dengan menggunakan
sepeda motor, masuk ke hutan menuju lokasi yang dimaksud.
“Kita kejar mereka, siapa tahu masih ada yang di lokasi,” jelas
Danramil Pesanggaran, Lettu Zainuri didampingi Kapolsek Pesanggaran AKP
Jodana Gunadi kepada detiksurabaya.com.
0 komentar