JAKARTA
— Sejak tanggal 3 Juli 2013 hingga saat ini, puluhan mahasiswa Papua
asal Kabupaten Mamberamo Tengah yang sedang mengenyam studi di berbagai
kota di Jawa maupun Bali telah menduduki kantor penghubung Provinsi
Papua yang beralamat di Blok S, Menteng, Jakarta Pusat.
“Ini merupakan wujud protes dan bentuk kecaman kami terhadap
pemerintah daerah yang tak kunjung membayar biaya pemondokan atau
kontrakan sementara mahasiswa, termasuk asrama permanen,” jelas Darson
Wenda, Ketua/Kordinator Wilayah Ikatan Mahasiswa Mamberamo Tengah,
ketika ditemui suarapapua.com, Kamis (11/7/2013) siang di Jakarta.
Menurut Wenda, cara menduduki kantor penghubung Papua di Jakarta
adalah jalan paling terakhir yang telah kami tempuh setelah berbagai
upaya damai dan bermartabat telah dilakukan.
“Komunikasi dengan Pemerintah Daerah, terutama dengan Bupati Mamteng,
Bapak Ham Pagawak dan instansi-instansi terkait juga telah kami
lakukan, namun hasilnya tidak ada. Semua janji dan janji, tanpa
realisasi yang nyata,” ujar Wenda.
Wenda menceritakan, massa waktu kontrakan asrama bagi mahasiswa
Mamberamo Tengah di Jakarta, juga di beberapa daerah luar Papua telah
berakhir sejak awal Maret 2013 lalu, dan mahasiswa harus mencari tempat
hunian yang baru.
Jauh-jauh hari sebelumnya, komunikasi dengan Bupati terilih dan
pemerintah daerah telah dilakukan terkait permasalahan tersebut, namun
tidak mendapat respon dan tanggapan yang baik, sehingga setelah
mahasiswa keluar dari kontrakan, ada yang memilih kost sendiri dengan
biaya yang relative sangat mahal.
“Kami justru menumpang di kontrakan milik teman-teman dari Kabupaten
Tolikara. Kami malu sekali, sebab sudah punya kabupaten sendiri, namun
masih numpang di tempat orang lain, ini yang harus di pahami Pemda
Mamberamo Tengah,” ujarnya.
Karena tak ada jawaban pasti terkait nasib mereka, Wenda menuturukan
ia berangkat ke Papua pada bulan Mei 2013 untuk bertemu langsung dengan
Bupati Mamberamo Tengah, Ham Pagawak, untuk menyampaikan persoalan
tersebut.
“Saya hampir dua minggu di Jayapura namun tidak ketemu pak Bupati.
Kemudian saya berangkat ke Wamena, dan untuk selanjutkan ke Kobakma
untuk bertemu pak Bupati, ketika saya sampai di Wamena, saya dengar ada
pertemuaan antara Bupati dengan pejabat SKPD Mamberamo Tengah di Wamena,
karena itu saya datang dan langsung minta waktu bertemu dengan Bupati.”
“Bupati bersedia bertemu dengan saya. Saya menyampaikan semua keluhan
mahasiswa, termasuk dana akhir studi dan dana pemondokan atau asrama
bagi mahasiswa Mamberemo Tengah yang ada diluar Papua. Bupati kemudian
meminta saya ke kembali ke Jakarta, dan berjanji akan segera membentuk
tim, dan melakukan kunjungan ke berbagai kota studi paling lambat
petengahaan bulan Juni 2013.”
Merasa puas dengan pertemuaan tersebut, Wenda mengaku langsung
kembali ke Jakarta, dan menyampaikan hasil petemuaan kepada seluruh
mahasiswa Mamberamo Tengah terkait pesan Bupati yang akan datang di
petengahaan Juni dan akan menyelesaikan persoalan tersebut.
“Namun, sampai petengahaan Juni, bahkan di awal Juli 2013, tidak ada
tanda-tanda atau kejelasan Bupati dan Pemda akan mencarikan solusi
kongkrit untuk mahasiswa. Sehingga kami mahasiswa rapat dan bertemu pada
tanggal 28 Juni 2013, dan bersepakat untuk duduki kantor penghubung
Papua sejak tanggal 3 Juli 2013 hingga saat ini sampai nanti ada
kejelasan dari pemerintah daerah,” ujar Wenda.
Wenda menjelaskan, mahasiswa Mamberamo Tengah yang menduduki kantor
penghubung Papua di Jakarta tidak akan mundur, apalagi keluar dari
kantor tersebut sampai perwakilan pemerintah daerah, terutama Bupati
langsung datang dan bertemu dengan mahasiswa di kantor tersebut dan
menyelesaikan berbagai persoalan.
“Silahkan bisa lihat, setelah kami duduki kantor ini, sudah hampir
satu minggu kantor ini tidak beroperasi lagi. Seluruh pekerja sudah
diliburkan. Kedatangan kami tentu menggangu aktivitas mereka, namun ini
agar menjadi pelajaran bagi pemerintah daerah, dan kepala kantor
penghubung Papua agar dapat segera berkomunikasi dengan Gubernur Papua
maupun Bupati Mamberamo Tengah,” ujar Wenda.
Bupati Mamberamo Tengah, Ham Pagawak ketika dihubungi media ini tidak
menjawab panggilan telepon seluler. Beberapa pesan singkat yang dikirim
juga tidak dibalas. (OKTOVIANUS POGAU)
_________________________
Sumber: Suara Papua
Edisi: 11 Juli 2013
0 komentar